BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Gastritis
adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara
histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai
di klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis
meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada
wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa
mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi.
Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi
penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram
negatife, basil yang berbentuk kurva dan batang.
Namun, banyak faktor lain seperti
cedera, traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit tertentu atau minum
alkohol terlalu banyak, juga dapat berkontribusi untuk terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak
(gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu
(gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul
(ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan
orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh
dengan pengobatan.
Saat ini dalam
proses keperawatan gastritis banyak dijumpai dan menyerang 80 – 90% laki-laki.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak
(gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu
(gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul
(ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan
orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh
dengan pengobatan.
1.2
Rumusan
Masalah
Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui
definisi gastritis
2. Mengetahui
klasifikasi gastritis
3. Mengetahui
etiologi gastritis
4. Mengetahui
patofisiologi gastritis
5. Mengetahui
manifestasi klinis gastritis
6. Mengetahui
pemeriksaan penunjang gastritis
7. Mengetahui
penatalaksanaan gastritis
8. Mengetahui
komplikasi gastritis
9. Mengetahui
asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
1.4
Manfaat
1.4.1
Teoritis
Dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Gastritis.
1.4.2
Praktis
1. Tenaga
keperawatan
Dapat
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan Gastritis.
2. Mahasiswa
Dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan gastritis sehingga menunjang
pembelajaran mata kuliah pencernaan.
3. Institusi
Sebagai
referensi tambahan dalam proses penbelajaran mata kuliah pencernaan. Akademik
mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran.
4. Masyarakat
Memberikan
informasi tentang penyakit gastritis, penyebab, tanda dan gejal, serta cara
perawatan dan pengobatannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Gastritis atau lebih
dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi Ketiga , 1999). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung. Gastritis
merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau local (Sylvia A Price, 2006).
Berdasarkan
berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara
hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk
dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori.
Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung
sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
2.2
Klasifikasi
Gastritis
menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)
1.
Gastritis akut
Disebabkan
oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a)
Gastritis eksogen akut, biasanya
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia. Misalnya lisol,
alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat
analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah
dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b)
Gastritis endogen akut, adalah gastritis
yang disebabkan oleh kelainan badan.
2.
Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat
disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter
pylory. Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan
tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih
lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter
pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.3
Etiologi
Penyebab
dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
a)
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik,
anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung), makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol, merokok,
kafein lada, steroid dan digitalis.
b)
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui,
biasanya disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang
tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
2.4
Patofisiologi
1. Gastritis
Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs
atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan
gastritis. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuproven dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya
sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin
juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga
kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan
makanan yang mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka),
kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu
terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan
dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat
mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun
fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis,
dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik
H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan
edema lalu rusak
2. Gastritis
Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan
tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun)
diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi
sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan
terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis
H. pylory) Ini dihubungkan dengan
bakteri H. pylory, faktor diet
seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok
atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang
tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada
lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan
lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun
bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon
infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir
leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian
semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak
bisa menembus lapisan lambung.
Akan tetapi juga tidak bisa dibuang
sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati
dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung.
Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga
merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel
lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa
menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan
tukak lambung akan terbentuk.
2.5
Manifestasi
Klinis
a.
Gastritis Akut
1.
Anoreksia
2.
Mual
3.
Muntah
4.
Nyeri epigastrum
5.
Perdarahan saluran cerna pada
Hematemasis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
b.
Gastritis Kronik
Pada
tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun pada
gastritis tipe B, pasien biasanya mengeluh :
1.
Nyeri ulu hati
2.
Anorexia
3.
Nausea
4.
Anemia
2.6
Pemeriksaan
Penunjang
Adapun
pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996, seperti di bawah
ini :
a. Nilai
haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat perdarahan.
b. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik
yang berat.
c. Pemeriksaan
rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
d. Endoskopi
dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa lambung.
e. Pemeriksaan
asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam lambung
f. Pemeriksaan
darah untuk
memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi
akibat perdarahan lambung karena gastritis.
g. Pemeriksaan
feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
h. Analisa
lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk
dianalisis. Analisis basal mengukur BAO(
basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu
tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
2.7
Penatalaksanaan
Pengobatan
gastritis meliputi :
1. Mengatasi
kedaruratan medis yang terjadi.
2. Mengatasi
atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian
obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman,1999)
Pada
gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan non medis),
yaitu sebagai berikut
a. Gastritis
Akut
1. Intruksikan
pasien untuk menghindari alkohol.
2. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
3. Bila
gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
4. Bila
perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastrofestinal.
5. Untuk
menetralisir asam gunakan antasida umum.
6. Untuk
menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
8. Jika
gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
9. Reaksi
lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.
b. Gastritis
Kronik
1. Dapat
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit
tapi lebih sering.
2. Mengurangi
stress
3. H.pylori
diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram bismuth
(pepto-bismol).
2.8
Komplikasi
a. Perdarahan
saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang dapat berakhir
sebagai syok hemoragie.
b. Ulkus
peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 (Mansjoer,
Arief 1999)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar